No |
No Hadits |
Isi |
1 |
4609 |
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebenaran) maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikit pun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikit pun dari dosa mereka. " (Shahih) ( Ibnu Majah (206), Muslim ) |
2 |
4610 |
Dari Sa'd, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya dosa terbesar seorang Muslim pada orang Muslim lainnya adalah seorang yang bertanya tentang sesuatu tidak diharamkan, kemudian menjadi diharamkan kepada manusia karena pertanyaannya tersebut." (Shahih) ( Muttafaq' Alaih ) |
3 |
4611 |
Dari Yazid bin Umairah (salah seorang sahabat Mu'adz bin Jabal RA) berkata, "Tidak pernah sekalipun Mu'adz bin Jabal duduk di sebuah majlis kecuali ia selalu berkata, 'Allah Maha Bijak, Allah Maha Adil. (Maka) celakalah orang-orang yang bersikap ragu.' Suatu hari, Muadz bin Jabal RA berkata, 'Sesunnguhnya di belakang kalian banyak terjadi fitnah, (di zaman tersebut) harta kian berlimpah dan Al Qur'an bisa dibaca oleh siapa saja, baik orang yang beriman ataupun munafik, laki-laki atau perempuan, anak kecil atau orang dewasa, orang merdeka atau hamba sahaya, hingga seseorang akan berkata, 'Mengapa manusia tidak mau mengikutiku, padahal aku telah membacakan Al Qur'an.' Mereka tidak mau mengikuti kecuali jika aku membuat sebuah bid'ah.' Berhati-hatilah kalian terhadap bid'ah. Sesungguhnya bid'ah akan membawa kepada kesesatan. Berhati-hatilah kalian kepada hakim yang menyimpang. Sebab, syetan terkadang menitipkan misinya melalui lisan hakim tersebut, seorang munafik terkadang mengucapkan pernyataan yang benar.' Saat itu, aku (Yazid bin Umairah) bertanya, 'Apakah aku akan mengalami zaman saat seorang hakim terkadang pemyataannya sesat dan seorang munafik terkadang pemyataannya benar?' Ia menjawab, "Ya. Berhati-hatilah terhadap pernyataan hakim yang nyeleneh. Meski demikian, janganlah kalian mengucilkannya. Sebab kemungkinan ia akan kembali kepada kebenaran dan kamu mendengarkan kebenaran darinya, Sebab dalam sebuah kebenaran pasti ada cahaya.' Dalam lafazh yang lain: disebutkan "la yun'iyannaka dzalika 'anhu " sebagai ganti dari kata "yutsniyannaka ".Dalam lafazh yang lain disebutkan, "Al musyabbihat".Dalam sebuah lafazh disebutkan, "Dia berkata, 'Ya; terdapat kerancuan dari perkataan hakim, hingga kamu mengatakan, 'Apa yang dia maksud dengan kalimat ini'?" (Shahih) ( dengan sanad yang mauquf ) |
4 |
4612 |
Dari Abu Shalt, ia berkata, "Ada seorang lelaki yang menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz. Di dalam suratnya ia bertanya tentang masalah takdir. Maka Umar bin Abdul Aziz menjawab:"Amma ba'du. Aku berwasiat kepadamu agar kamu bertakwa kepada Allah SWT, konsisten menjalankan perintah-Nya dan mengikuti Sunnah Nabi-Nya, meninggalkan apa-apa yang dibuat oleh orang yang mengada-ngada (pelaku bid'ah) yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah yang selama sudah berjalan. Hendaklah kamu berpegang teguh kepada Sunnah Nabi SAW. Sebab, dengan izin Allah SWT, Sunnah tersebut akan menjagamu dari kesesatan. Ketahuilah, sesunguhnya tidak ada satupun bid'ah kecuali telah ada penjelasan dalil mengenai kebida'ahannya; baik secara tegas atau isyarat. Sebab yang menjadi sumber Sunnah adalah orang yang telah mengetahui kebalikannya —Ibnu Katsir tidak mengatakan, "Orang yang telah mengetahui"— dari berbagai kesalahan, kekeliruan dan kebodohan. Bersikap ridhalah dengan apa-apa yang telah dipegang oleh para pendahulu yang mulia. Mereka (para sahabat) dengan ketinggian ilmu yang mereka miliki, mereka tetap menahan diri untuk tidak membicarakan masalah takdir. Meski dengan kecerdasan yang cemerlang, mereka tetap juga menahan diri. Padahal dari sisi keilmuan, mereka lebih memahami dan dari sisi keutamaan, mereka lebih layak memperbincangkannya. Jika kebenaran adalah apa yang sedang kalian geluti selama ini (memperbincangkan masalah takdir), berarti kalian merasa lebih mampu daripada mereka. Jika kalian berkata bahwa apa yang terjadi adalah hasil dari pekerjaan orang-orang yang tidak mengikuti perjalanan mereka (para sahabat), ketahuilah sesungguhnya para sahabat adalah orang-orang yang lebih dahulu mendapati permasalahan ini. Meski demikian, mereka berbicara sekedarnya tentang masalah ini dan tidak berlebih-lebihan. Sementara yang tidak mengikuti mereka telah bersikap tidak sebagaimana mestinya. Meski dengan sikap sahabat yang demikian, mereka berada di atas jalan yang benar dan lurus yang telah digariskan. Kamu telah berkirim surat dan bertanya kepadaku tentang meyakini adanya takdir (ketentuan yang telah Allah SWT gariskan). Aku jawab: Aku tidak mengetahui hal yang paling suka diada-adakan oleh banyak orang dan dengannya mereka berbuat bid'ah. Tindakan mereka ini sangat nyata dampaknya. Aku tidak tahu permasalahan yang lebih dahsyat dibandingkan dengan masalah takdir. Orang-orang bodoh di zaman Jahiliah sering membicarakanya, kemudian Rasulullah SAW juga telah sering membicarakannya, tidak hanya dalam satu atau dua hadits, dan kaum muslimin pun telah mendengarnya dari Nabi SAW. Mereka membicarakanya, baik saat Nabi SAW masih hidup maupun setelah beliau wafat. Mereka menyikapi permasalahan ini dengan keyakinan penuh, menerima apa yang diberitakan Allah SWT, dengan penuh kerendahan diri dan menyadari keterbatasan diri mereka (sebagai manusia). Sesungguhnya permasalahan takdir telah dijelaskan dalam ayatnya yang bersifat muhkam. Dari ayat tersebut mereka memahami permasalahan takdir dan mempelajarinya. Jika kalian bertanya, 'Mengapa Allah SWT menurunkan ayat yang demikian, dan mengapa Dia menyatakan demikian?' Sungguh para sahabat Nabi SAW telah membaca seperti apa yang kalian baca, bahkan mereka mengetahui penafsirannya sedangkan kalian tidak mengetahuinya. Meski demikian, mereka tetap beriman kepada takdir. Apa yang ditakdirkan Allah SWT pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Sungguh kita semua tidak memiliki daya dan upaya untuk menolak madharat (bahaya) atau menarik manfaat. Maka setelah itu mereka menjadi enggan (membicarakannya) dan merasa takut. (Shahih) ( Maqthu', Taisir Al Intifa'/Nadhar bin 'Arabi ) |
5 |
4613 |
Dari Nafi', ia berkata, "Ibnu Umar pernah memiliki sahabat asal Syam yang menulis surat kepadanya. Kemudian Ibnu Umar menjawab, "Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu mempermasalahkan tentang takdir. Janganlah kamu bertanya kepadaku tentang itu, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya akan ada di antara umatku segolongan orang yang mendustakan takdir. " (Hasan) ( Ibnu Majah (4061) ) |
6 |
4614 |
Dari Khalid Al Hadzdza' ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Al Hasan, 'Wahai Abu Sa'id, jelaskanlah kepadaku tetang Nabi Adam AS, apakah beliau diciptakan untuk berdiam di langit atau di bumi?' Al Hasan menjawab, 'Adam diciptakan untuk menjadi penghuni bumi.' 'Bagaimana pendapatmu jika Adam benar-benar tidak memakan buah yang dilarang, apa gerangan yang akan terjadi?' tanyaku. Al Hasan menjawab, 'Hal itu tidak menjadi keharusan kepadanya."Aku bertanya lagi, "Apa makna firman Allah SWT, "Sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala." (Qs. Ash-Shaffaat [37]: 162-163) Ia menjawab, "Sesungguhnya syetan tidak akan menebar fitnah untuk menyesatkan mereka, kecuali terhadap orang-orang yang telah ditetapkan Allah menjadi penghuni neraka Jahanam." (Hasan) ( dengan isnad maqthu' ) |
7 |
4615 |
Dari Al Hasan tentang firman Allah, "Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka." (Qs. Huud [11]: 119), ia berkata, "Allah telah menciptakan kalangan ini untuk menempati ini, dan kelompok lain untuk menempati yang ini." (Hasan) ( dengan isnad maqthu' ) |
8 |
4616 |
Dari Khalid Al Hadzdza", ia berkata, "Aku berkata kepada Al Hasan, "Sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala. " (Qs. Ash-Shaffaat [37]: 162-163) Al Hasan menjawab, "Hanya kalangan orang yang telah ditetapkan oleh Allah yang akan menjadi penghuni neraka." (Hasan) ( dengan isnad maqthu' ) |
9 |
4617 |
Dari Humaid, Al Hasan pernah berkata, "Dijatuhkannya (Adam) dari langit ke bumi lebih disukai, daripada harus mengatakan bahwa itu bukanlah takdir (ketentuan Allah)." (Hasan) ( dengan isnad maqthu ) |
10 |
4618 |
Dari Humaid, ia berkata, "Al Hasan pernah mengunjungi kami di Makkah, kemudian para ulama Mekah berbicara kepadaku agar aku menyampaikan kepadanya permohonan mereka supaya Al Hasan bersedia meluangkan waktu untuk memeberi nasihat kepada mereka. Permintaan itu pun ia sanggupi. Pada hari yang ditentukan, mereka berkumpul dan Al Hasan berbicara di hadapan mereka. Sungguh tidak pernah kudengar seseorang berbicara sebaik ia berbicara. Saat itu, ada seorang lelaki bertanya, 'Wahai Aba Sa'id, siapakah yang menciptakan syetan?' Ia menjawab, 'Maha Suci Allah! Apakah ada pencipta selain Allah?! Sungguh, Allah menciptakan syetan, Dia yang menciptakan kebaikan dan Dia pula yang menciptakan keburukan.' Lelaki itu berkata, "Semoga Allah memerangi mereka, bagaimana mungkin mereka mendustakan penjelasan syaikh yang bijak ini?' (Shahih) ( Ibid. ) |
11 |
4619 |
Dari Al Hasan, tentang firman Allah, "Demikianlah, Kami memasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) ke dalam hati orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir)." (Qs. Al Hijr [15]: 12) ia berkata, "Itu adalah syirik." (Shahih) ( Ibid ) |
12 |
4621 |
Dari bin Aun, ia berkata, "Aku pernah menempuh perjalanan menuju Syam, lalu ada seseorang memanggilku. Ketika aku berpaling kepadanya, ternyata ia adalah Raja' bin Haiwah. Kemudian ia berkata, 'Wahai Abu Aun, apa yang diceritakan orang tentang Al Hasan?' Aku menjawab, "Sungguhnya mereka kerap berbohong atas nama Al Hasan." (Shahih) ( dengan isnad maqthu' ) |
13 |
4622 |
Dari Ayyub, ia berkata, "Ada dua golongan yang berbohong atas nama Al Hasan. Yang pertama adalah kalangan yang benar-benar menyatakan bahwa takdir adalah kreasi mereka sendiri, mereka menebar fitnah kemunafikan dengan pernyataan mereka tersebut. Yang kedua adalah golongan yang hatinya benci kepada Al Hasan, dan mereka berkata, "Bukankah pemyataannya demikian? Bukankah pernyataannya demikian?" (Shahih) ( Ibid ) |
14 |
4623 |
Dari Yahya bin Katsir Al Anbari, ia berkata, "Qurrah bin Khalid pernah berkata kepada kami, 'Wahai para pemuda, janganlah kalian melawan Al Hasan, karena pendapatnya berdasarkan Sunnah dan berisi kebenaran." (Shahih) ( Ibid ) |
15 |
4624 |
Dari Ibnu 'Aun, ia berkata, "Jika kami mengetahui bahwa ungkapan yang diucapkan Al Hasan melebihi dari sekedar apa yang telah disampaikan, niscaya kami akan menuliskannya banyak rujukan untuk pendapatnnya tersebut dan kami persaksikan baginya kesaksian pembenarannya. Namun menurut kami begitulah pendapat yang tersebar di banyak kalangan. (Shahih) ( Ibid ) |
16 |
4625 |
Dari Ayyub, ia berkata, "Al Hasan berkata kepadaku, 'Aku tidak pernah menarik pendapatku tentang takdir'." (Shahih) ( Ibid. ) |
17 |
4626 |
Dari Utsman Al Battiyi, ia berkata, "Al Hasan tidak pernah menafsirkan sebuah ayat pun (dari Al Qur'an) selain dilakukannya dengan penuh kepastian." (Shahih) ( Ibid. ) |
|