Artikel Hadits  Kembali

Jangan Menjadikan Dunia Sebagai Tujuan Pokok
Oleh : Ustadz Muslih Rasyid

عن زيد بن ثابت رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ ". أحمد (5/183)، الترمذي (2465)، وابن ماجه (4105) واللفظ له، وصححه الألباني في "السلسلة الصحيحة" (404، 949، 950)

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai puncak niatannya, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran menghantui dirinya, sedangkan dunia tidak akan datang kepadanya melainkan sekedar apa yang telah ditetapkan. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat itu niatnya, niscaya Allah menghimpunkan segala urusannya serta menciptakan rasa cukup dalam hatinya sementara dunia datang tunduk kepadanya dalam keadaan hina." (Hadits Riwayat Ahmad(5:183). Tirmizi(2645)dan Ibnu Majah(4165) dishahihkan oleh Al Bani didalam silsilah shahihah(950,949,404) )

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

  1. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mencela sikap tamak kepada dunia.
  2. Apabila seorang hamba menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan mengesampingkan urusan akhiratnya, maka Allah Azza wa Jalla akan menjadikan urusan dunianya tercerai-berai, berantakan, serba sulit, serta menjadikan hidupnya selalu diliputi kegelisahan. Allah Azza wa Jalla juga menjadikan kefakiran di depan matanya, selalu takut miskin, atau hatinya selalu tidak merasa cukup dengan rizki yang Allah Azza wa Jalla karuniakan kepadanya.
  3. Dunia yang dapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih, meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi dengan mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Allah, mengorbankan hak-hak isteri, anak-anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.
  4. Cinta kepada dunia adalah pokok semua kejelekan, oleh karenanya tidak boleh menjadikan dunia sebagai tujuan hidup.
  5. Beramal untuk dunia ada 4 macam bentuk yang dinukil dari ulama salaf, yaitu:
    1. Amal shalih yang biasanya dikerjakan orang untuk mengharapkan pahala dari Alloh seperti shadaqah, shalat, membantu yang lain, menolong orang yang dizalimi dan amal-amal lainnya yang biasa dikerjakan atau ditinggalkan orang karena Alloh semata, namun dia tidak berharap pahala akhirat, harapannya hanya agar Alloh menjaga hartanya, memperbanyaknya, atau agar menjaga istri dan keluarganya. Dia tidak berharap agar dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari neraka. Orang seperti ini akan mendapatkan balasan di dunianya sementara di akhirat tidak memperoleh apa-apa kecuali siksa. Demikian yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyalloh 'Anhuma.
    2. Melakukan amal shalih dengan harapan agar dilihat dan dipuji orang, tidak berharap balasan di akhirat. Ini lebih berbahaya dan lebih besar dosanya daripada yang pertama. Hal ini diriwayatkan dari Imam Mujahid rahimahulloh.
    3. Beramal shalih dengan harapan dapat harta, seperti orang yang menjadi badal haji dengan harapan dapat bayaran, dia tidak berharap ridha Allah dan negeri akhirat. Contoh lainnya, orang yang berhijrah agar dapat dunia, berjihad agar dapat ghanimah, belajar agama agar dapat ijazah dan penghormatan tanpa harapan mendapat ridha Allah, atau belajar Al-Qur'an dan rajin berjamaah karena tugasnya sebagai pengurus masjid. Sementara harapan atas pahala akhirat tidak ada dalam dirinya.
    4. Melaksanakan ketaatan dengan ikhlas untuk Allah semata, Dzat yang tidak memiliki sekutu, tapi dia melakukan sesuatu yang menjadikannya kufur dan keluar dari Islam. Seperti orang yang melakukan salah satu dari pembatal keislaman. Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas Radliyallah 'Anhu. (Dinukil dari kitab, Al-irsyad ila sohihil i'tiqod, Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Al-Fauzan.)

    Tema hadits yang berkaitan dengan Alquran:

    1. Seseorang berkehendak dengan amalnya hanya untuk mencari dunia saja.
      مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَف إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلا النارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
      “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (Quran Surat Huud: 15-16)
    2. Nasib orang yang beramal sholeh hanya untuk dunia.
      مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُم جَعَلْنَا لَهُ جَهَنمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
      “Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (Quran Surat Al-Isra': 18)
    3. bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan yang menipu :
      وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
      Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali ‘Imrân/3:185]
    4. Berharap/ berdoa jangan hanya minta dunia saja.
      فَمِنَ الناسِ مَنْ يَقُولُ رَبنَا آَتِنَا فِي الدنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
      “Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (Quran Surat Al-Baqarah: 200).


Sumber : ONE DAY ONE HADITS, alhadist.com