Artikel Hadits  Kembali

Larangan Memuji Yang Berlebihan
Oleh : Ustadz Muslih Rasyid

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ مَدَحَ رَجُلٌ رَجُلًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقَالَ وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ مِرَارًا إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا صَاحِبَهُ لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلَانًا وَاللَّهُ حَسِيبُهُ وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَاكَ كَذَا وَكَ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Abu Bakrah ia berkata; bahwa seorang laki-laki memuji laki-laki lain dihadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celaka kamu, kamu telah memenggal leher kawanmu, " -beliau mengucapkannya hingga berkali-kali- Apabila salah seorang dari kalian memuji saudaranya -tidak mustahil- hendaklah mengucapkan: 'Aku kira fulan seperti ini dan ini, dan Allah-lah yang menilainya, dan Aku tidak ingin mensucikan seseorang pun mendahului Allah Tabraka wa Ta'ala, jika memang dirinya seperti itu, menurutku dia seperti ini dan ini." (HR Muslim 5319)

Pelajaran yang terdapat didalam hadits :

  1. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah menutup celah muncul dan berkembangnya penyakit mensucikan sesama manusia dalam bentuk teguran keras beliau ketika menyaksikan seorang muslim memuji sesama muslim berlebihan. 
  2. Betapa keras teguran Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam kepada seseorang yang telah memuji orang lainnya.  Sedemikian kerasnya teguran Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam sehingga tindakan memuji sesama manusia itu disetarakan dengan memenggal leher teman artinya membunuhnya…!  Dan hal ini dikatakan berulang-kali oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.
  3. Barangkali maksudnya, bila seseorang memang harus memuji temannya, maka pada dasarnya yang mengetahui persis kondisi temannya itu hanyalah Allah sementara pujian yang dikeluarkannya itu bisa saja meleset. Karena itu, ia perlu menyandarkan pengetahuannya itu kepada Allah Subhanahu Wata’ala sehingga tidak berlebih-lebihan dalam memujinya apalagi hanya sekedar basa-basi untuk mengenakkan hatinya…
  4. Mengapa teguran Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam begitu kerasnya? Karena Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam sangat khawatir bila ummat beliau terjatuh kepada penyimpangan ummat terdahulu, khususnya kaum Yahudi dan Nasrani. Sebab penyimpangan seperti ini dapat dipandang sebagai salah satu bentuk mempersekutukan Allah. Dan itu berarti termasuk dosa besar. Bahkan dosa yang tidak bisa diampuni Allah.  

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

  1. Di antara mereka ada yang mensucikan sesama manusia yang dianggap sangat mulia. Sedemikian rupa pensucian itu sehingga mereka memposisikan manusia yang dimuliakan itu berlebihan alias melampaui batas. Seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi terhadap Uzair dan kaum Nasrani terhadap Nabiyullah Isa putra Maryam ’alahis-salam.
     وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
    Orang-orang Yahudi berkata: ”Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? [At taubah :36]
  2. Kaum Nasrani telah memposisikan Nabiyullah Isa sebagai anak tuhan bahkan tuhan itu sendiri. Oleh karenanya kita ummat Islam sangat bersyukur adanya sebuah surah di dalam Al-Qur’an yang memberikan pengetahuan fundamental mengenai aqidah tauhid,
     قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَد،ٌاللَّهُ الصَّمَد،ُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
    Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dantidak ada seorang pun yang setara dengan Dia“.(QS Al-Ikhlas ayat 1-4)
  3. Allah mencela terhadap orang yang mengaku dirinya suci,  bersih. Di antara mereka ada yang mensucikan sesama manusia yang dianggap sangat mulia. Sedemikian rupa pensucian itu sehingga mereka memposisikan manusia yang dimuliakan itu berlebihan alias melampaui batas.
    أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشاءُ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلاً
    Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya suci/ bersih. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. [An Nisa:49]


Sumber : ONE DAY ONE HADITS,