1 |
3826 |
Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepada
kami Ibrahim bin Sa'ad dari Shalih dari Ibnu Syihab ia berkata; telah menceritakan kepadaku
'Urwah bin Az Zubair dan Sa'id bin Al Musayyab dan 'Alqamah bin Waqash Al Laitsi dan
'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Uqbah bin Mas'ud dari 'Aisyah radliallahu 'anha istri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya seperti
apa yang telah mereka katakan. Mereka semuanya bercerita kepadaku, sekelompok orang
becerita berdasarkan apa yang disampaikan 'Aisyah dan sebagian lagi hanya perkiraan
mereka, lalu aku menetapkan hadits dari kisah-kisah yang berkenaan dengan peristiwa ini
dan aku juga memasukkan hadits-hadits dari mereka yang diceritakan kepadaku dari 'Aisyah
dan sebagian lagi hadits saling menguatkan satu sama lain, dimana mereka menduga kepada
sebagian yang lain, mereka berkata 'Aisyah berkata: "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam hendak mengadakan suatu perjalanan, beliau biasa mengundi diantara istri-istri
beliau, jika nama seorang dari mereka keluar, berarti dia ikut bepergian bersama beliau.
Pada suatu hari beliau mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan yang beliau
lakukan, maka keluar namaku hingga aku turut serta bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam setelah turun ayat hijab. Aku dibawa didalam sekedup dan ditempatkan
didalamnya. Kami lalu berangkat, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai dari
peperangan tersebut, kamipun kembali pulang. Tatkala kami dekat dengan Madinah, beliau
mengumumkan untuk beristirahat malam. Maka aku keluar dari sekedup saat beliau dan
rombongan berhenti, lalu aku berjalan hingga meninggalkan pasukan. Setelah aku selesai
menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan, betapa terkejutnya aku, ketika
aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari negeri Zhafar terjatuh. Maka aku
kembali untuk mencari kalungku. Aisyah melanjutkan; "Kemudian orang-orang yang
membawaku datang dan membawa sekedupku, dan menaikkannya di atas unta yang aku
tunggangi. Mereka menduga aku sudah berada didalam sekedup itu. Memang masa itu para
wanita berbadan ringan, tidak terlalu berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka hanya
makan sesuap makanan. Oleh karena itu orang-orang yang membawa sekedupku tidak
curiga dengan ringannya sekedupku ketika mereka mengangkatnya. Saat itu aku adalah
wanita yang masih muda. Lalu mereka menggiring unta dan berjalan. Sementara aku baru
mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan telah berlalu. Aku lalu mendatangi tempat
rombongan berhenti, namun tidak ada seorangpun yang tertinggal. Setelah itu aku kembali
ke tempatku semula dengan harapan mereka merasa kehilangan aku lalu kembali ke
tempatku. Ketika aku duduk, aku terserang rasa kantuk hingga akhirnya aku tertidur.
Shafwan bin Al Mu'aththal As Sulami Adz Dzakwan datang menyusuk dari belakang pauskan,
kemudian dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada bayangan hitam seperti orang
yang sedang tidur. Dia mengenaliku saat melihat aku. Dia memang pernah melihat aku
sebelum turun ayat hijab. Aku langsung terbangun ketika mendengar kalimat istirja'nya,
(ucapan innaa lillahi wa inanaa ilaihi raji'un), saat dia mengenali aku. Aku langsung menutup
mukaku dengan jilbabku. Demi Allah, tidaklah kami berbicara sepatah katapun dan aku juga
tidak mendengar sepatah katapun darinya kecuali kalimat istirja'nya, dia lalu menghentikan
hewan tunggangannya dan merundukkannya hingga berlutut. Maka aku menghampiri
tunggangannya itu lalu aku menaikinya. Dia kemudian berjalan sambil menuntun
tunggangannya itu hingga kami dapat menyusul pasukan setelah mereka berhenti di tepian
sungai Azh Zhahirah untuk singgah di tengah panasnya siang. Aisyah berkata; "Maka
binasalah orang yang binasa." Dan orang yang berperan besar menyebarkan berita bohong
ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul." - 'Urwah berkata; Dikabarkan kepadaku bahwa
Abdullah bin Ubay menyebarkan berita bohong itu, menceritakannya, membenarkannya dan
menyampaikannya kepada orang-orang sambil menambah-nambahinya- 'Urwah juga
berkata; "Tidak disebutkan orang-orang yang juga terlibat menyebarkan berita bohong itu
selain Hasaan bin Tsabit, Misthah bin Utsatsah dan Hamnah binti Jahsyi. Aku tidak tahu
tentang mereka melainkan mereka adalah sekelompk orang sebagaimana Allah Ta'ala
firmankan. Dan yang paling berperan diantara mereka adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.
'Urwah berkata; 'Aisyah tidak suka mencela Hassan, dia berkata bahwa Hassan adalah orang
yang pernah bersya'ir: "Sesungguhnya ayahku, dan ayahnya serta kehormatanku adalah
untuk kehormatan Muhammad sebagai tameng dari kalian." Selanjutnya 'Aisyah berkata;
"Setibanya kami di Madinah, aku menderita sakit selama satu bulan sejak kedatanganku,
sementara orang-orang sibuk dengan berita bohong yang diucapankan oleh orang-orang
yang membawa berita bohong. Sementara aku sama sekali tidak menyadari sedikitpun
adanya berita tersebut. Namun aku curiga, bila beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya
menjengukku saat sakitku dan aku tidak merasakan kelembutan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam seperti yang biasa aku dapatkan dari beliau ketika aku sedang sakit. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam hanya masuk menemuiku dan memberi salam lalu bertanya:
"Bagaimana keadaanmu", lantas pergi. Inilah yang membuat aku gelisah, namun aku tidak
menyadari adanya keburukan yang sedang terjadi. Pada suatu hari, aku keluar (dari
rumahku) saat aku merasa sudah sembuh. Aku keluar bersama Ummu Misthah menuju Al
Manashi', tempat kami biasa membuang hajat dan kami tidak keluar kesana kecuali di
malam hari, Hal itu sebelum kami membuat tempat buang hajat di dekat rumah kami.
'Aisyah berkata; "Dan kebiasaan kami sama seperti kebiasaan orang-orang Arab dahulu, bila
buang hajat diluar rumah (atau di lapangan terbuka). Kami merasa tidak nyaman bila
membuat tempat buang hajat dekat dengan rumah-rumah kami". 'Aisyah melanjutkan;
"Maka aku dan Ummu Misthah, -dia adalah anak Abu Ruhum bin Al Muthallib bin Abdu
Manaf, sementara ibunya adalah anak dari Shakhar bin 'Amir, bibi dari ibu Abu Bakr Ash
Shiddiq, sedangkan anaknya bernama Misthah bin Utsatsah bin 'Abbad bin Al Mutahllib-
setelah selesai dari urusan kami, aku dan Ummu Misthah kembali menuju rumahku. Tiba-
tiba Ummu Misthah tersandung kainnya seraya berkata; "Celakalah Misthah." Aku katakan
kepadanya; "Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang
laki-laki yang pernah ikut perang Badar?" Dia berkata; "Wahai putri, apakah anda belum
mendengar apa yang dia ucapkan?". Aku bertanya; "Apa yang telah diucapkannya?" Ummu
Misthah menceritakan kepadaku tentang ucapan orang-orang yang membawa berita bohong
(tuduhan keji). Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan.
Ketika aku kembali ke rumahku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku
lalu memberi salam dan bersabda: "Bagaimana keadaanmu?". Aku bertanya kepada beliau;
"Apakah engkau mengizinkanku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku." 'Aisyah berkata:
"Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku." Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memberiku izin, lalu aku bertanya kepada ibuku; "Wahai ibu, apa
yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?" Ibuku menjawab: "Wahai putriku, tenanglah.
Demi Allah, sangat sedikit seorang wanita yang tinggal bersama seorang laki -laki yang dia
mencintainya serta memiliki para madu melainkan mereka akan mengganggunya." 'Aisyah
berkata; aku berkata; "Subhanallah, apakah benar orang-orang tengah memperbincangkan
masalah ini." 'Aisyah berkata; "Maka aku menangis sepanjang malam hingga pagi hari
dengan penuh linangan air mata dan aku tidak dapat tidur dan tidak bercelak karena terus
menangis, hingga pagi hari aku masih menangis. 'Aisyah melanjutkan; "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum
turun, beliau bertanya kepada keduanya dan meminta pandangan perihal rencana untuk
berpisah dengan istri beliau. 'Aisyah melanjutkan; Usamah memberi isyarat kepada beliau
tentang apa yang diketahuinya berupa kebersihan keluarga beliau dan apa yang dia ketahui
tentang mereka pada dirinya. Usamah berkata: "Keluarga anda, tidaklah kami mengenalnya
melainkan kebaikan." Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata; "Wahai Rasulullah, Allah tidak
akan menyusahkan anda, sebab masih banyak wanita-wanita lain. Tanyakanlah kepada
sahaya wanitanya yang akan membenarkan anda." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam memanggil Barirah dan bersabda: "Wahai Barirah, apakah kamu pernah melihat
sesuatu yang meragukan pada diri Aisyah?". Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus
anda dengan benar, aku tidak pernah melihatnya sesuatu yang meragukan. Kalaupun aku
melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, dia juga masih sanga t muda,
dia pernah tidur di atas adonan milik keluargaya lalu dia memakan adonan tersebut." 'Aisyah
melanjutkan; "Suatu hari, di saat beliau berdiri di atas mimbar, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berdiri untuk mengingatkan Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau bersabda: "Wahai
sekalian kaum Muslimin, siapa orang yang dapat membebaskan aku dari orang yang aku
dengar telah menyakiti keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluargaku melainkan
kebaikan. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang (maksudnya Shafwan) yang
aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan, tidaklah dia mendatangi keluargaku melainkan
selalu bersamaku." 'Aisyah berkata; "Maka Sa'ad bin Mu'adz, saudara dari Bani 'Abdul Ashal
berdiri seraya berkata: "Aku wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat
anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, aku akan memenggal batang lehernya
dan seandainya dari saudara kami dari suku Khazraj, maka perintahkanlah kepada kami,
pasti kami akan melaksanakan apa yang anda perintahkan." 'Aisyah melanjutkan; Lalu
beridirilah seorang laki-laki dari suku Khazraj -Ibunya Hassan adalah anak dari pamannya- dia
adalah Sa'ad bin 'Ubadah, pimpinan suku Khazraj. 'Aisyah melanjutkan; "Dia adalah orang
yang shalih, namun hari itu terbawa oleh sikap kesukuan sehingga berkata kepada Sa'ad bin
Mu'adz; "Dusta kamu, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kamu tidak akan
membunuhnya dan tidak akan dapat membunuhnya. Seandainya dia dari sukumu, kamu
tentu tidak akan mau membunuhnya." Kemudian Usaid bin Hudlair, anak pamannya Sa'ad
bin Mu'adz, berdiri seraya berkata; "Justru kamu yang dusta, demi Allah yang mengetahui
umur hamba-Nya, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu telah menjadi seorang
munafiq karena membela orang-orang munafiq." Maka suasana pertemuan menjadi
semakin memanas, antara dua suku, Aus dan Khazraj hingga mereka hendak saling
membunuh, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih berdiri di atas mimbar.
'Aisyah melanjutkan; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terus menenangkan mereka
hingga akhirnya mereka terdiam dan beliau pun diam. 'Aisyah berkata; "Maka aku menangis
sepanjang hariku, air mataku terus berlinang dan aku tidak bisa tidur tenang karenanya
hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku, sementara aku telah menangis selama
dua malam satu hari, hingga aku menyangka air mataku telah kering." Ketika kedua
orangtuaku sedang duduk di dekatku, dan aku terus saja menangis, tiba-tiba seorang wanita
Anshar datang meminta izin menemuiku, lalu aku mengizinkannya. Kemudian dia duduk
sambil menangis bersamaku. Ketika kami seperti itu, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam datang lalu duduk. 'Aisyah berkata; "Namun beliau tidak duduk di dekatku sejak
berita bohong ini tersiar. Sudah satu bulan lamanya peristiwa ini berlangsung sedangkan
wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini." Aisyah berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca syahadat ketika duduk, kemudian
bersabda: "Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini dan
begini. Jika kamu bersih, tidak bersalah pasti Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu
telah melakukan dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya,
karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu bertaubat, Allah pasti akan
menerima taubatnya." Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan kalimat
yang disampaikan, aku membersihkan air mataku agar tidak nampak tersisa setetespun, lalu
aku katakan kepada ayahku; "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tentang diriku." Ayahku berkata; "Demi Allah, aku tidak tahu apa
yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Lalu aku katakan
kepada ibuku: "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tentang diriku." Ibuku pun menjawab; "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang
harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." 'Aisyah berkata; "Aku
hanyalah seorang wanita yang masih muda belia, memang aku belum banyak membaca Al
Qur'an. Demi Allah, sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa
yang diperbincangkan oleh orang-orang, hingga kalian pun telah memasukkannya dalam hati
kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku
bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan
membenarkan aku. Seandainya aku mengakui (dan membenarkan fitnah tersebut) kepada
kalian, padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya.
Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan
seperti ayahnya Nabi Yusuf 'alaihis salam ketika dia berkata: ("Bershabarlah dengan shabar
yang baik karena Allah akan mengungkap apa yang kalian") QS Yusuf ayat 18. Setelah itu aku
pergi menuju tempat tidurku dan Allah mengetahui hari itu aku memang benar-benar bersih
dan Allah-lah yang akan membebaskanku dari tuduhan itu. Akan tetapi, demi Allah, aku tidak
menduga kalau Allah akan menurunkan wahyu yang menerangkan tentang urusan yang
menimpaku. Karena menurutku tidak pantas bila wahyu turun lalu dibaca orang hanya
karena menceritakan masalah peribadiku ini. Aku terlalu rendah bila Allah membicarakan
masalahku ini. Tetapi aku hanya berharap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mendapatkan wahyu lewat mimpi bahwa Allah membersihkan diriku. Dan demi Allah,
sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak ingin beranjak dari tempat duduknya
dan tidak pula seorang pun dari keluarganya yang keluar melainkan telah turun wahyu
kepada beliau. Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana beliau biasa menerimanya
dalam keadaan yang sangat berat dengan bercucuran keringat seperti butiran mutiara,
padahal hari itu adalah musim dingin. Ini karena beratnya wahyu yang diturunkan kepada
beliau. 'Aisyah berkata; Setelah itu nampak muka beliau berseri dan dalam keadaan tertawa.
Kalimat pertama yang beliau ucapkan adalah: "Wahai 'Aisyah, sungguh Allah telah
membersihkan dirimu." 'Aisyah berkata; "Lalu ibuku berkata kepadaku: "Bangkitlah untuk
menemui beliau." Aku berkata: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya dan aku tidak
akan memuji siapapun selain Allah 'azza wajalla. Maka Allah menurunkan ayat
"Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong diantata kalian adalah masih
golongan kalian juga QS n Nuur 11 dan seterusnya sebanyak sepuluh ayat Selanjutnya
turun ayat yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan. Abu Bakar Ash Shiddiq
yang selalu menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya
berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk
selamanya, karena dia telah ikut menyebarkan berita bohong tentang 'Aisyah." Kemudian
Allah menurunkan ayat; "Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan dan
kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak lagi memberikan kepada hingga
ayat llah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang QS n Nuur 22 Lantas bu Bakar
berkata; "Ya, de mi Allah, sungguh aku lebih mencintai bila Allah mengampuniku." Maka dia
kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya dan berkata; "Aku tidak
akan mencabut nafkah kepadanya untuk selama-lamanya." 'Aisyah berkata; "Dan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalahku
seraya berkata: "Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui dan apa pendapatmu?." Zainab
menjawab: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku
tidak mengetahui tentang dia melainkan kebaikan." 'Aisyah berkata; "Padahal dialah orang
yang telah mengolok-olokku (membanding-bandingkanku dengan kecantikannya -pent)
diantara istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun Allah menjaganya dengan
kewara'an." 'Aisyah berkata; "Saudara perempuan dari Zainab bernama Hamnah mulai
membantah perkataannya, hingga ia binasa bersama orang-orang yang binasa (yaitu
bersama orang-orang yang ikut serta menyebarkan berita bohong)." Ibnu Syihab berkata;
"Inilah kabar yang sampai kepadaku tentang orang-orang yang terlibat memperbincangkan
peristiwa bohong itu." Kemudian 'Urwah berkata; 'Aisyah berkata; "Demi Allah,
sesungguhnya salah seorang yang terlibat menyebarkan berita bohong ini berkata; "Maha
suci Allah. Demi Dzat Yang jiwaku berada ditangan-Nya, aku tidak pernah sama sekali
menyingkap tirai seorang wanita." 'Aisyah berkata; "Setelah itu, sahabat tersebut gugur
sebagai syuhada' di jalan Allah."(Shahih) |