2 |
2288 |
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al
Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah menceritakan kepadaku 'Ubaidullah bin
'Abdullah bin Abu Tsaur dari 'Abdullah bin 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Aku selalu
antusias untuk bertanya kepada 'Umar tentang dua wanita diantara isteri-isteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam yang Allah berfirman kepada keduanya: ("Jika kamu berdua
bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk
menerima kebaikan) QS t-Tahrim 4). Maka aku kunjungi dia namun dia menghindar dan
aku susul dia dengan membawa kantong terbuat dari kulit berisi air hingga dia datang, lalu
aku tuangkan air dari kantong air tadi keatas kedua tangannya hingga dia berwudhu' lalu aku
tanya: "Wahai amirul mu'minin, siapakah dua wanita dari isteri Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam yang Allah berfirman kepadanya ("Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka
sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan) ) maka dia
menjawab: "Aku heran kepadamu wahai Ibnu 'Abbas!, dia adalah 'Aisyah dan Hafshah".
Kemudian 'Umar menyebutkan hadits, katanya: "Aku dan tetanggaku dari Anshar berada di
desa Banu Umayyah bin Zaid, termasuk suku kepercayaan di Madinah dan kami saling
bergantian menemui Rasul shallallahu 'alaihi wasallam. Sehari aku yang menemui Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam, hari lain dia yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Jika giliranku menemui Beliau, aku menanyakan seputar wahyu yang turun hari itu dan
perkara lainnya. Dan jika giliran tetangguku itu, ia pun melakukan hal sama. Kami adalah
kaum Quraisy yang bisa menundukkan para isteri, hingga ketika kami mendatangi Kaum
Anshar, ternyata mereka adalah sebuah kaum yang ditundukkan oleh isteri -isteri mereka.
Lalu isteri-isteri kami segera saja meniru kebiasaan wanita Anshar tersebut. Suatu hari aku
nasehati isteriku tapi dia membantahku dan aku larang dia membantahku tapi dia berkata:
"Kenapa kamu melarang aku membantahmu? Demi Allah, sesungguhnya hari ini isteri-isteri
Nabi Shallallahu 'alaihiwasallam telah membantah Beliau bahkan seorang dari mereka tidak
berbicara kepada Beliau hingga malam hari". Aku kaget mendengar itu lalu aku katakan:
"Sangat celakalah diantara kalian orang yang berbuat hal seperti ini". Kemudian aku
bergegas untuk menemui Hafshah lalu aku bertanya: "Wahai Hafshah, apakah salah seorang
dari kalian hari ini telah membantah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga malam
hari?" Dia menjawab: "Iya". Aku katakan: "Celaka dan rugilah. Apakah kalian merasa aman
dari murka Allah disebabkan RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam marah lalu kalian menjadi
binasa? Janganlah kalian menuntut terlalu banyak kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan jangan kalian membantahnya tentang suatu apapun dan jangan pula kalian
menghindar untuk berbicara dengan Beliau. Mintalah kepadaku apa yang menjadi
keperluanmu dan jangan kamu cemburu bila ada (isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam),
madu kamu, yang lebih cantik dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ".
Yang dimaksudkannya adalah 'Aisyah radliallahu 'anha. Suatu hari kami membicarakan suku
Ghossan sebagai tukang sepatu yang biasanya menyiapkan sepatu kami untuk perang. Maka
sahabatku pergi (menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) pada hari gilirannya lalu
dia kembali pada waktu 'Isya dengan mengetuk rumahku dengan sangat keras seraya
berkata: "Apakah dia sudah tidur?" Aku kaget lalu keluar menemuinya. Dia berkata: "Telah
terjadi masalah besar". Aku bertanya: "Masalah apa itu? Apakah suku Ghassan sudah
datang?" Dia menjawab: "Bukan, bahkan urusannya lebih penting dan lebih panjang dari
masalah itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam te lah menceraikan isteri-isteri Beliau.
'Umar berkata: "Sungguh celaka dan rugilah Hafshah. Aku mengira hal ini tidak akan terjadi.
Maka aku lipat pakaianku kemudian aku shalat Shubuh bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam lalu Beliau memasuki bilik yang tinggi dan mengasingkan diri disana. Maka aku
menemui Hafshah yang ternyata sedang menangis lalu aku bertanya: "Apa yang
membuatmu menangis, bukankah aku sudah peringatkan kamu? Apakah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah menceraikan kalian?" Dia menjawab: "Aku tidak tahu,
sekarang Beliau berada di tempat pengasingannya". Maka aku keluar lalu mendatangi
mimbar ternyata di sekelilingnya ada sejumlah orang (kurang dari sepuluh) yang sedang
berkumpul diantaranya ada yang menangis. Maka aku duduk bersama mereka sebentar lalu
aku sangat ingin mendatangi tempat pengasingan tempat Beliau berdiam disana. Aku
katakan kepada Aswad, anak kecil pembantu Beliau: "Mintakanlah izin untuk 'Umar?" Maka
dia masuk dan berbicara dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu keluar dan berkata:
"Aku sudah sampaikan tentang maksudmu namun Beliau diam saja". Maka kemudian aku
kembali dan berkumpul bersama orang-orang yang berada dekat mimbar. Sesaat kemudian
timbul lagi keinginanku maka aku temui anak kecil itu lalu aku sa mpaikan maksudku seperti
tadi dan diapun menjawab seperti tadi pula. Maka aku kembali duduk bersama orang-orang
yang berada dekat mimbar. Ternyata timbul lagi keinginanku, maka aku datangi lagi anak
kecil itu dan aku katakan: "Mintakanlah izin untuk 'Umar?" Maka dia menjawab seperti tadi
pula. Ketika aku hendak kembali, anak kecil itu memanggilku dan berkata: "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengizinkan kamu masuk". Maka aku masuk menemui Beliau
yang ketika itu Beliau sedang berbaring diatas pasir sebagai kasurnya, dan tidak ada kasur
yang menengahi antara pasir dan beliau sehingga pasir itu membekas pada sisi badan Beliau,
Beliau bersandar diatas bantal yang terbuat dari kulit yang isinya sabut. Aku memberi salam
kepada Beliau lalu aku berkata dalam posisi tetap berdiri: "Apakah anda telah menceraikan
isteri-isteri anda". Maka Beliau memandang ke arahku lalu berkata: "Tidak". Kemudian aku
katakan: "Apakah anda merasa tidak enak karena melihat aku?" Kami ini adalah orang
Quraisy yang biasa menundukkan isteri-isteri. Ketika kami datang disini bertemu dengan
Kaum yang mereka ditundukkan oleh isteri-isteri mereka". Maka 'Umar menceritakan. Lalu
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tersenyum. Kemudian aku katakan: "Bagaimana seandainya
anda melihatku menemui Hafshah dan aku katakan kepadanya: "Jangan kamu cemburu bila
ada (isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), madu kamu, yang lebih cantik dan lebih dicintai
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ". Yang dimaksudkan Umar adalah 'Aisyah
radliallahu 'anha. Maka Beliau tersenyum lagi. Lalu aku duduk ketika melihat Beliau
tersenyum lalu aku memandang ke rumah Beliau. Demi Allah, aku tidak melihat apapun
disana, karena mataku bolak balik melihat tidak kurang dari tiga kali. Lalu aku katakan:
"Mintalah kepada Allah agar melapangkan dunia buat ummat anda karena bangsa Persia dan
Ramawi saja dilapangkan dan diberikan dunia padahal mereka tidak menyembah Allah". Saat
itu Beliau sedang berbaring lalu berkata: "Apakah kamu ragu wahai Ibnu Al Khaththob?
Mereka itulah kaum yang telah disegerakan kebaikan mereka dalam kehidupan dunia ini".
Aku katakan: "Wahai Rasulullah, mohonkanlah ampun buatku". Ternyata disebabkan
kalimatku seperti tadilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengasingkan diri ketika
Hafshah menyampaikannya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha. Sebelumnya Beliau telah
berkata: Aku tidak akan tinggal bersama mereka selama satu bulan karena disebabkan
kesalnya Beliau terhadap mereka setelah Allah menegur Beliau. Ketika telah berlalu masa
selama dua puluh sembilan hari, yang pertama kali Beliau datangi adalah 'Aisyah. Maka
'Aisyah berkata, kepada Beliau: "Anda sudah bersumpah untuk tidak mendatangi kami
selama satu bulan, sedangkan hari ini kita baru melewati malam kedua puluh sembilan, aku
sudah menghitungnya". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Bulan ini berjumlah
dua puluh sembilan hari". Pada bulan itu memang berjumlah dua puluh sembilan hari.
Kemudian 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Maka turunlah ayat takhyiir (pilihan). Maka
Beliau memulainya dari aku sebagai yang pertama dari isteri-isteri Beliau. Beliau berkata:
"Sesungguhnya aku mengingatkan kamu pada suatu urusan yaitu janganlah kamu tergesa-
gesa hingga kamu meminta pendapat kedua orangtuamu". 'Aisyah radliallahu 'anha berkata:
"Aku sudah mengetahui bahwa kedua orangtuaku tidaklah menyuruh aku untuk bercerai
dari anda" Kemudian Beliau berkata: "Sesungguhnya Allah telah berfirman: ("Wahai Nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu hingga sampai pada firmanNya pahala yang besar) QS
Al Ahzab: 28 -29). Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Apakah begitu kedua orangtuaku
memerintahkannya? Sungguh aku lebih memilih Allah, RasulNya dan kehidupan akhirat".
Kemudian para isteri Beliau memilih hal yang sama lalu mereka berkata, seperti yang
diucapkan 'Aisyah radliallahu 'anha.(Shahih) |