1 |
2467 |
Telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi' Sulaiman bin Daud dan Ahmad
memberiku sebagian kepahaman, telah menceritakan kepada kami Fulaih bin Sulaiman dari
Ibnu Syihab Az Zuhriy dari 'Urwah bin Az Zubair dan Sa'id bin Al Musayyab dan 'Alqamah bin
Waqashsh Al Laitsiy dan 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Uqbah dari 'Aisyah radliallahu 'anha
isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya
seperti apa yang sudah mereka katakan lalu Allah membersihlan dirinya dari fitnah keji ini.
Berkata Az Zuhriy; dan semua mereka menceritakan kepadaku sekumpulan cerita 'Aisyah,
sebagian mereka lebih cermat daripada sebagian lain dan lebih kuat kisahnya, lalu aku
cermati hadis dari masing-masing mereka yang mereka ceritakan padaku dari 'Aisyah. Hadis-
hadis tersebut satu sama lainnya saling menguatkan, mereka menduga bahwa 'Aisyah
radliallahu 'anha berkata: "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila berniat hendak
mengadakan suatu perjalanan, Beliau mengundi diantara isteri-isteri Beliau. Bila nama
seorang dari mereka keluar berarti dia ikut bepergian bersama Beliau. Pada suatu hari Beliau
mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan yang Beliau lakukan, maka keluar
namaku hingga aku turut serta bersama Beliau setelah turun ayat hijab, aku dibawa didalam
sekedup dan ditempatkan didalamnya. Kami berangkat, hingga ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah selesai dari peperangan tersebut kami kembali pulang. Ketika hampir
dekat dengan Madinah, Beliau mengumumkan untuk beristirahat malam. Maka aku keluar
dari sekedup saat Beliau dan rambongan berhenti lalu aku berjalan hingga aku meninggalkan
pasukan. Setelah aku selesai menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan
namun aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari batu akik telah jatuh. Maka
aku kembali untuk mencari kalungku. Kemudian orang-orang yang membawaku menuntun
kembali unta yang aku tunggangi sedang mereka menduga aku sudah berada didalam
sekedup. Memang masa itu para wanita berbadan ringan-ringan, tidak berat, dan mereka
tidak memakan daging, yang mereka makan hanyalah sesuap makanan hingga orang-orang
tidak dapat membedakan berat sekedup ketika diangkat apakah ada wanita didalamnya atau
tidak. Saat itu aku adalah wanita yang masih muda. Maka mereka menggiring unta-unta dan
berjalan. Dan aku baru mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan sudah berlalu. Maka
aku datangi tempat yang semula rombongan berhenti namun tidak ada seorangpun disana,
lalu aku kembali ke tempatku saat tadi berhenti dengan harapan mereka merasa kehilangan
aku lalu kembali ke tempatku. Ketika aku duduk, aku merasa sangat ngantuk hingga akhirnya
aku tertidur. Adalah Sofwan bin Al Mu'aththol as-Sulamiy adz-Dzakwan datang dari belakang
rombongan pasukan hingga dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada tanda orang
sedang tidur. Maka dia mendatangiku. Dahulu sebelum turun ayat hijab, dia pernah melihat
aku. Aku terbangun dengan sangat kaget ketika dia menghentikan hewan tunggangannya
dan merundukkannya hingga aku menaiki tunggangannya itu lalu dia menuntunnya hingga
kami dapat menyusul rombongan setelah mereka singgah untuk melepas lelah ketika siang
berada di puncaknya. Maka binasalah siapa yang binasa. Dan orang yang berperan
menyebarkan tuduhan adalah 'Abdullah bin Ubay bin Salul. Kami tiba di Madinah dan aku
menderita sakit selama satu bulan sementara orang-orang mulai terpengaruh dengan berita
bohong (tuduhan) ini dan mereka membiarkan aku dalam kondisi sakit apalagi aku tidak
melihat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kelembutan yang biasa aku dapatkan jika aku
sakit. Beliau hanya menjenguk aku lalu memberi salam lalu bertanya tentang keadaanku
hanya dengan memberi isyarat sedang aku tidak menyadari sedikitpun apa yang sedang
terjadi. Hingga ketika aku berangsur pulih dari sakit aku keluar bersama Ummu Misthoh
menuju tempat kami biasa membuang hajat, kami tidak keluar kesana kecuali di malam hari,
itu terjadi sebelum kami mengambil tabir dekat dengan rumah kami, kebiasaan kami saat itu
yaitu kebiasaan orang-orang Arab dahulu (arab tradisional) bila berada diluar rumah atau di
lapangan terbuka. Maka kami, aku dan Ummu Misthoh binti Abi Ruhum berjalan l alu dia
tergelincir karena kainnya seraya dia mengumpat: "Celakalah Misthoh". Aku katakan:
"Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang yang pernah
ikut perang Badar?" Dia berkata: "Wahai baginda putri, apakah Baginda belum mendenar
apa yang mereka perbincangkan?" Lalu dia mengebarkan kepadaku tentang berita bohong
(tuduhan keji). Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan.
Ketika aku sudah kembali ke rumahku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk
menemuiku lalu memberi salam dan berkata: "Bagaimana keadaanmu?" Aku jawab: "izinkan
aku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku". 'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari
kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memberiku izin dan akhirnya aku menemui kedua orangtuaku lalu aku tanyakan kepada
ibuku: "Apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?" Ibuku menjawab: "Wahai ananda,
anggaplah ringankan urusan yang sedang menimpa dirimu ini. Sungguh demi Allah, sangat
jarang seorang wanita yang tinggal bersama seorang suami yang dia mencintainya padahal ia
mempunyai isteri lain, melainkan isteri-isteri lainnya akan menyebarluaskan aibnya". Aku
katakan: "Subhanallah, sungguh orang-orang sudah memperbincangkan masalah ini?" Aisyah
berkata: "Maka aku melewati malam itu hingga pagi dengan air mata tak bisa lagi menetes
karena habis dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga ketika pagi hari, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu
belum juga turun untuk mengajak keduanya bermusyawarah perihal rencana menceraikan
isteri-isteri Beliau. Adapun Usamah, ia memberi isyarat kepadanya dengan apa yang
diketahuinya secara persis karena kecintaannya kepada rumah tangga Rasulullah. Usamah
berkata: "Keluarga Baginda wahai Rasulullah, demi Allah tidaklah kami mengenalnya
melainkan kebaikan semata". Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata: "Wahai Rasulullah, Allah
tidak akan menyusahkan Baginda sebab masih banyak wanita-wanita lain selain dia dan
tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang dia akan membenarkan baginda". Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil Barirah lalu berkata: "Wahai Barirah,
apakah kamu melihat pada diri Aisyah sesuatu yang meragukan kamu tentangnya?" Barirah
menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus Baginda dengan benar, sama sekali aku belum
pernah melihat aib pada diri Aisyah yang bisa kugunakan untuk membongkar aibnya,
kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, yang ketika dia
masih sangat muda dia pernah ketiduran saat menjaga adonan rotinya, lantas ada hewan
ternak datang dan memakan adonan tersebut". Maka pada suatu hari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berdiri untuk kemudian meminta pertanggung jawaban 'Abdullah bin Ubay
bin Salul. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Siapakah yang bisa
mengemukakan pertanggungjawaban terhadapku terhadap seseorang yang telah kudengar
telah menyakiti keluargaku?. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluarga melainkan kebaikan
semata. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang laki-laki (maksudnya Shofwan
yang diisukan selingkuh) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan semata, yang dia
tidak pernah mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku". Maka Sa'ad bin Mu'adz
berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat anda.
Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, kami akan penggal batang lehernya dan
seandainya dari saudara-saudara kami suku Khazraj, perintahkanlah kami pasti akan kami
laksanakan perintah Baginda tersebut". Lalu beridirlah Sa'ad bin 'Ubadah, pimpinan suku
Khazraj, yang sebelumnya dia adalah orang yang shalih namun hari itu terbawa oleh sikap
kesukuan: "Dusta kamu, kamu tidak akan pernah bisa membunuhnya dan tidak akan bisa
membalaskannya". Kemudian Usaid bin Hudhoir berdiri seraya berkata: "Justru kamu yang
dusta, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu sudah menjadi munafiq karena
membela orang-orang munafiq". Maka terjadilah perang mulut antara suku Aus dan Khazraj
hingga sudah saling ingin melampiaskan kekesalannya padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam masih berdiri di atas mimbar hingga akhirnya Beliau turun lalu menenangkan
mereka hingga akhirnya mereka terdiam dan Beliau pun diam. Maka aku menangis
sepanjang hariku hingga air mataku tak bisa lagi menetes karena kering dan aku tidak bisa
tidur karenanya hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku sedangkan aku sudah
menangis selama dua malam satu hari hingga aku menyangka hatiku jangan-jangan menjadi
pecah". Aisyah berkata: "Ketika kedua orantuaku sedang duduk di dekatku sementara aku
terus saja menangis tiba-tiba ada seorang wanita Anshar yang meminta izin masuk lalu aku
ijinkan kemudian dia duduk sambil menangis bersamaku. Ketika dalam keadaan seperti itu
tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang lalu duduk, namun tidak duduk di
dekat aku sebagaimana saat Beliau menyampaikan apa yang telah terjadi denganku sebelum
ini, sedangkan peristiwa ini sudah berlalu selama satu bulan dan wahyu belum juga turun
untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini". Aisyah berkata: "Maka Beliau bersaksi
membaca dua kalimah syahadah kemudian berkata: "Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai
kepadaku berita tentang dirimu begini begini. Jika kamu bersih tidak bersalah pasti nanti
Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu jatuh pada perbuatan dosa maka mohonlah
ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya karena seorang hamba bila dia mengakui
telah berbuat dosa lalu bertobat maka Allah pasti akan menerima tobatnya". Setelah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan kalimat yang disampaikan, air mataku
mengering hingga tak kurasakan setetes pun. Lalu aku katakan kepada bapakku: "Jawablah
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang aku". Bapakku berkata: "Demi Allah,
aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam". Lalu aku katakan kepada ibuku: "Jawablah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tentang aku dari apa yang barusan Beliau katakan". Ibuku pun menjawab: "Demi
Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam". 'Aisyah berkata: "Aku hanyalah seorang anak perempuan yang masih muda yang
aku tidak banyak me mbaca Al Qur'an". Aku katakan: "Sesungguhnya aku, demi Allah, aku
telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang
banyak dan kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu membenarkan berita
tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha
Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan membenarkan aku tentang ini. Dan
seandainya aku mengakui kepada kalian tentang urusan ini padahal Allah Maha Mengetahui
bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan antara
aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf ketika dia
berkata: ("Bersabarlah dengan sabar yang baik, dan Allah tempat meminta pertolongan dari
segala yang kalian gambarkan").(QS. Yusuf 18). Kemudian setelah itu aku pergi menuju
tempat tidurku dengan berharap Allah akan membersihkan aku, akan tetapi demi Allah, aku
tidak menduga kalau Allah menurunkan suatu wahyu tentang urusan yang menimpaku ini.
Karena tidak pantas kalau Al Qur'an turun untuk membicarakan masalahku ini. Tetapi aku
hanya berharap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan wahyu lewat mimpi
yang Allah membersihkan diriku. Dan demi Allah, belum beliau menuju majelisnya dan
belum pula dari Ahlu Bait yang keluarl, hingga diturunkan wahyu kepada Beliau. Maka Beliau
menerima wahyu tersebut sebagaimana Beliau biasa menerimanya dalam keadaan demam
sangat berat dengan bercucuran keringat. Setelah selesai wahyu turun kepada Beliau,
nampak Beliau tertawa dan kalimat pertama yang Beliau ucapkan adalah saat Beliau berkata
kepadaku: "Wahai 'Aisyah, pujilah Allah, sungguh Allah telah membersihkan kamu". Lalu
ibuku berkata, kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui Rasulullah". Aku katakan kepada
ibuku: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri menemuinya dan tidak akan aku memuji siapapun
selain Allah Ta'ala. Maka Allah menurunkan ayat ("Sesungguhnya orang-orang yang
menyebarkan berita bohong diantata kalian adalah masih golongan kalian juga. Janganlah
kalian menduganya sebagai keburukan bahkan dia merupakan kebaikan buat kalian ) (QS
Annur 11). Ketika turun ayat ini yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan,
Abu Bakar ash-Shiddiq radliallahu 'anhu yang selalu menanggung hidup Misthah bin
Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan
lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya karena dia sudah ikut menyebarkan
berita bohong tentang 'Aisyah". Maka kemudian Allah menurunkan ayat: ("Dan janganlah
orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak
lagi memberikan kepada hingga ayat llah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang )
(QS. Annur 22).. Maka Abu Bakar berkata: "Ya, demi Allah, sungguh aku sangat berkeinginan
bila Allah mengampuniku". Maka Abu Bakar kembali memberi nafkah kepada Misthah
sebagaimana sebelumnya. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada
Zainab binti Jahsy tentang masalah aku seraya berkata: "Wahai Zainab, apa yang kamu
ketahui dan apa pendapatmu?" Maka Zainab berkata: "Wahai Rasulullah, aku menjaga
pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengeahui tentang dia melainkan
kebaikan". Kata 'Aisyah: " Padahal Zainab orangnya sebelumnya merasa lebih mulia
daripadaku, yang kemudian Allah menjaganya dengan kewara'an". Dia berkata,, dan telah
menceritakan kepada kami Fulaih dari Hisyam bin 'Urwah dari 'Urwah dari 'Aisyah radliallahu
'anha dan 'Abdullah bin Az Zubair seperti hadits ini. Berkata,, dan telah menceritakan kepada
kami Fulaih dari Rabi'ah bin ABi 'Abdurrahman dan Yahya bin Sa'id dari Al Qasim bin
Muhammad bin Abu Bakar seperti ini juga.(Shahih) |