1 |
6328 |
Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Abdullah telah menceritakan
kepadaku Ibrahim bin Sa'd dari Shalih dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin
'Utbah bin Mas'ud dari Ibnu 'Abbas mengatakan; aku menyampaikan petuah-petuah untuk
beberapa orang muhajirin yang diantara mereka adalah 'Abdurrahman bin Auf, ketika aku
berada di persinggahannya di Mina dan dia bersama Umar bin Khattab, di akhir haji yang
dilakukannya. Tiba-tiba Abdurrahman bin Auf kembali kepadaku dan mengatakan; 'sekiranya
engkau melihat seseorang yang menemui amirul mukminin hari ini, orang itu mengatakan;
'Wahai amirul mukminin, apakah engkau sudah tahu berita si fulan yang mengatakan;
'sekiranya Umar telah meninggal, aku akan berbaiat kepada fulan, pembaiatan Abu Bakar
ash Shiddiq tidak lain hanyalah sebuah kekeliruan dan sekarang telah berakhir.' Umar serta
merta marah dan berujar; 'Sungguh sore nanti aku akan berdiri menghadapi orang-orang
dan memperingatkan mereka, yaitu orang-orang yang hendak mengambil alih wewenang
perkara-perkara mereka.' Abdurrahman berkata; maka aku berkata; 'Wahai amirul
mukminin, jangan kau lakukan sekarang, sebab musim haji sekarang tengah menghimpun
orang-orang jahil dan orang-orang bodoh, merekalah yang lebih dominan didekatmu
sehingga aku khawatir engkau menyampaikan sebuah petuah hingga para musafir yang suka
menyebarkan berita burung yang menyebarluaskan berita, padahal mereka tidak jeli
menerima berita dan tidak pula meletakkannya pada tempatnya, maka tangguhkanlah
hingga engkau tiba di Madinah, sebab madinah adalah darul hijrah dan darus sunnah yang
sarat dengan ahli fikih para pemuka manusia, sehingga engkau bisa menyampaikan petuah
sesukamu secara leluasa dan ahlul ilmi memperhatikan petuah-petuahmu dan
meletakkannya pada tempatnya.' Umar menjawab; 'Demi Allah, insya Allah akan aku lakukan
hal itu diawal kebijakan yang kulakukan di Madinah.' Kata ibnu Abbas, Maka kami tiba di
Madinah setelah bulan Dzulhijjah, begitu hari jumat kami segera berangkat ketika matahari
condong hingga kutemui Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail yang duduk ke tiang minbar, aku
duduk di sekitarnya yang lututku menyentuh lututnya, tak lama aku menunggu hingga
datanglah Umar bin Khattab, begitu aku melihat dia datang, saya katakan kepada Sa'id bin
Zaid dan Amru bin Nufail; 'Sore ini sungguh Umar akan menyampaikan sebuah pesan yang
belum pernah ia sampaikan sebelumnya semenjak dia diangkat menjadi khalifah,.' Namun
Sa'id mengingkariku dengan mengatakan; 'Semoga kamu tidak kecela, Umar menyampaikan
pidato yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya.' Kemudian Umar duduk diatas minbar.
Ketika juru-juru pengumuman telah diam, Umar berdiri memanjatkan pujian yang
semestinya bagi-NYA, kemudian dia berkata; 'Amma ba'du, saya sampaikan maklumat
kepada kalian yang telah ditakdirkan bagiku untuk menyampaikannya, saya tidak tahu
mungkin pidato ini adalah menjelang kematianku, maka barangsiapa mencermatinya dan
memperhatikannya dengan baik-baik, hendaklah ia menyampaikannya hingga ke tempat-
tempat hewan tunggangannya pergi, dan barangsiapa yang khawatir tidak bisa
memahaminya, tidak aku halalkan kepada seorang pun untuk berdusta kepadaku.
Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam dengan
membawa kebenaran, dan telah Allah turunkan al Qur`an kepadanya, yang diantara yang
Allah turunkan adalah ayat rajam sehingga bisa kita baca, kita pahami dan kita cermati,
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah melaksanakan hukum rajam, maka kita pun
harus melakukan hukuman rajam sepeninggal beliau, aku sedemikian khawatir jika zaman
sekian lama berlalu bagi manusia, ada seseorang yang berkata; 'Demi Allah, kami tidak
menemukan ayat rajam dalam kitabullah, ' kemudian mereka tersesat dengan meninggalkan
kewajiban yang Allah turunkan, padahal rajam menurut kitabullah adalah hak (benar) bagi
orang yang berzina dan ia telah menikah baik laki-laki maupun perempuan dan bukti telah
jelas, atau hamil atau ada pengakuan, kemudian kita juga membaca yang kita baca dari
kitabullah, janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian, sebab membenci ayah kalian adalah
kekufuran -atau Umar mengatakan dengan redaksi; 'Sesungguhnya ada pada kalian
kekufuran jika membenci ayah-ayah kalian- kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana Isa bin maryam dipuji,
katakanlah bahwa aku hanyalah hamba Allah dan rasul-NYA, " kemudian sampai berita
kepadaku bahwa seseorang diantara kalian berkata; 'Sekiranya Umar telah meninggal maka
aku akan berbaiat kepada fulan, janganlah seseorang tertipu dengan yang mengatakan;
'hanyasanya pembaiatan Abu Bakar kebetulan dan sudah selesai, ' ketahuilah, pembaiatan
itu memang telah berlalu, namun Allah menjaga keburukannya, ketahuilah bahwa orang
yang mempunyai kelebihan diantara kalian, yang tak mungkin terkejar kelebihannya, ia tak
akan bisa menyamai kelebihan Abu Bakar, barangsiapa berbaiat kepada seseorang tanpa
musyawarah kaum muslimin, berarti ia tidak dianggap dibaiat begitu juga yang
membaiatnya, yang demikian karena dikhawatirkan keduanya akan dibunuh. Diantara berita
yang beresar di tengah kita adalah, ketika Allah mewafatkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Shallallahu'alaihiwasallam, orang-orang anshar menyelisihi kami dan mereka semua
berkumpul di Saqifah bani Sa'idah, dan Ali serta Zubair menyelisihi kami serta siapa saja yang
bersama keduanya, dan orang-orang muhajirin berkumpul kepada Abu Bakar, maka aku
katakan kepada Abu Bakar; 'Wahai Abu Bakar, mari kita temui kawan-kawan kita dari
Anshar, ' maka kami berangkat untuk menemui mereka, tatkala kami telah mendekati
mereka, dua orang shalih diantara mereka menemui kami dan mengutarakan kesepakatan
orang-orang, keduanya berkata; 'Kalian mau kemana wahai orang-orang muhajirin? ' kami
menjawab; 'Kami akan menemui ikhwan-ikhwan kami dari anshar.' Keduanya berkata;
'Jangan, jangan kalian dekati mereka, putuskanlah urusan kalian.' namun aku katakan; 'Demi
Allah, kami harus mendatangi mereka', maka kami pun berangkat hingga mendatangi
mereka di Saqifah bani Sa'idah, ternyata disana seorang laki-laki yang berselimut kain
ditengah-tengah mereka, saya pun bertanya; 'Siapakah ini? ' Mereka menjawab; 'Ini Sa'd bin
Ubadah.' Saya bertanya; 'kenapa dengannya? ' Mereka menjawab; 'Dia tengah sakit dan
mengalami demam yang serius.' Tatkala kami duduk sebentar, juru pidato mereka bersaksi
dan memanjatkan pujian kepada Allah dengan pujian yang semestinya bagi-NYA, kemudian
mengatakan; "Amma ba'd. Kami adalah penolong-penolong Allah (ansharullah) dan laskar
Islam, sedang kalian wahai segenap muhajirin hanyalah sekelompok manusia biasa dan
golongan minoritas dari bangsa kalian, namun anehnya tiba-tiba kalian ingin mencongkel
wewenang kami dan menyingkirkan kami dari akar-akarnya." Tatkala juru pidato itu diam,
aku ingin berbicara dan telah aku perindah sebuah ungkapan kata yang menjadikanku
terkagum-kagum dan ingin aku ungkapkan di hadapan Abu Bakar, yang dalam beberapa
batasan aku sekedar menyindirnya. Tatkala aku ingin bicara, Abu Bakar menegur; 'Sebentar!
' Maka aku tidak suka jika niatku menjadikannya marah! Maka Abu Bakar berbicara yang dia
lembut daripadaku dan lebih bersahaja. Demi Allah, tidaklah dia meninggalkan sebuah kata
yang aku kagumi dalam susunan yang kubuat indah selain ia ucapkan dalam pidato
dadakannya yang semisalnya atau bahkan lebih baik hingga dia diam. Kemudian dia
mengatakan; 'Kebaikan yang kalian sebut-sebutkan memang kalian penyandangnya dan
sesungguhnya masalah kekhilafahan ini tidak diperuntukkan selain untuk penduduk quraisy
ini yang mereka adalah pertengahan dikalangan bangsa arab yang nasab dan keluarganya,
dan aku telah meridhai salah satu dari dua orang ini untuk kalian, maka baiatlah salah
seorang diantara keduanya yang kalian kehendaki.' Kemudian Abu Bakar menggandeng
tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan dia duduk ditengah-tengah kami. Dan
tidak ada yang aku benci dari perkataannya selainnya. Demi Allah, kalaulah saya digiring
kemudian leherku dipenggal dan itu tidak mendekatkan diriku kepada dosa, itu lebih aku
sukai daripada aku memimpin suatu kaum padahal disana masih ada Abu Bakar ash Shiddiq,
Ya Allah, kalaulah bukan karena jiwaku membujukku terhadap sesuatu pada saat kematian
yang tidak aku dapatkan sekarang, rupanya ada seorang berujar; 'Aku adalah kepercayaan
anshar, berpengalaman, cerdas dan tetua yang dihormati, kami punya amir dan kalian juga
punya amir tersendiri, wahai segenap quraisy! ' Spontan kegaduhan terjadi seru, suara
sangat membisingkan, hingga aku memisahkan diri dari perselisihan dan kukatakan;
"Julurkan tanganmu hai Abu Bakar! ' Lantas Abu Bakar menjulurkan tangannya, dan aku
berbaiat kepadanya, dan orang-orang muhajirinpun secara bergilir berbaiat, kemudian orang
anshar juga berbaiat kepadanya, lantas kami melompat kearah Sa'd bin Ubadah sehingga
salah seorang diantara mereka berujar; 'Kalian telah membunuh Sa'd bin Ubadah? ' Kujawab
'Allah yang membunuh Sa'ad bin Ubadah.' Umar melanjutkan; 'Demi Allah, tidaklah kami
dapatkan urusan yang kami temui yang jauh lebih kuat daripada pembaiatan Abu Bakar,
kami sangat khawatir jika kami tinggalkan suatu kaum sedang mereka belum ada baiat,
kemudian mereka membaiat seseorang sepeninggal kami sehingga kami membaiat mereka
diatas suatu hal yang tidak kami ridhai, atau kita menyelisihi mereka sehingga terjadi
kerusakan, maka barangsiapa yang membaiat seseorang dengan tanpa musyawarah kaum
muslimin, janganlah diikuti, begitu juga orang yang di baiatnya, karena dikhawatirkan
keduanya terbunuh.'(Shahih) |